Jumat, 04 Januari 2013

Asal Mula Kerajaan Cah Lang Cerita Rakyat Sumatra


Di daerah Aceh, tersebutlah sebuah kerajaan yang bernama Tampuh. Baginda Raja Teuku Marali dan permaisuri Cah mempunyai seorang putri yang cantik jelita bernama putri Nini. Kecantikan Putri Nini terkenal sampai ke negeri tetangga. Banyak pangeran dan putra raja yang ingin mempersutingnya.
Salah seorang pangeran dari kerajaan yang sangat besar bernama Pangeran Saiman ingin mempersunting Putri Nini. Pangeran Saiman adalah seorang yang tamak dan angkuh. Hampir setiap orang yang menjadi bawahan kerajaan pernah dipukulnya. Ia selalu memandang rendah orang lain.
Karena sifatnya yang demikian itulah Putri Nini tidak menyukai Pangeran Saiman, demikian pula dengan kedua orang tuanya. Tapi Pangeran Saiman mengancam, jika keinginannya ditolak, kerajaan Tampuh akan diserangnya. Karena takut ancaman itu Putri Nini dan orang tuanya tak dapat menolak kehendak Pangeran Saiman. Sekalipun dengan berat hati.
Di samping itu, diam-diam Putri Nini sudah mempunyai seorang kekasih dari kalangan rakyat jelata. Kekasihnya itu seorang pemanjat pohon kelapa, namanya Gama Dewa. Perkenalan mereka terjadi, ketika Putri Nini terjatuh ke dalam Sumur Muara Tujuh, Gama Dewa menolongnya.
Sekali peristiwa, Gama Dewa hendak dipukul oleh Pangeran Saiman. Ketika itu Gama Dewa memberi nasihat-nasihat kepadanya dan mencela sifat kikirnya. Untunglah tindakan kasar Pangeran Saiman dapat di cegah oleh salah seorang dayang Putri Nini. Kemudian, Gama Dewa mengajarkan petuah-petuah agama kepada dayang tersebut.
Pangeran Saiman akhirnya mengetahui hubungan Putri Nini dengan Gama Dewa. Hal itu membuatnya marah. Ia mengancam untuk menyerang Kerajaan Tampuh. Pangeran Saiman mengumpulkan seluruh laskarnya untuk menggempur kerajaan Teuku Marali.
Mengetahui niat Pangeran Saiman itu, Teuku Marali menjadi gelisah hatinya. Apa yang akan terjadi, jika Pangeran Saiman benar-benar menyerang kerajaannya ?
Tuanku Gampong, seorang penasehat Teuku Marali. Segera membujuk Pangeran Saiman agar jangan terbuang nafsu untuk berperang. Tuanku Gampong mengingatkan bahwa Teuku Marali sedang membujuk putrinya.
Sementara itu, Teuku Marali memerintahkan pengawalnya untuk menangkap Gama Dewa. Pemuda itu dianggap sebagai biang keladi dari keadaan yang gawat tersebut. Pangeran Saiman pun tidak menghiraukan bujukan Tuanku Gampong. Seorang dayang putri Nini juga ikut membujuk Pangeran Saiman agar tidak menurut nafsu jahatnya.
Ketika mendengar apa yang diucapkan oleh dayang itu adalah petuah-petuah yang pernah di ucapkan Gama Dewa, Pangeran Saiman bertambah geram. Dayang Putri Nini kemudian ditawan dan dipenjarakan di suatu tempat di bawah tanah. Setelah mengetahui perlakuan yang sewenang-wenang itu, Putri Nini bertambah benci kepada Pangeran Saiman. Ia bersikeras menolak cinta lelaki itu.
Pengawal Teuku Marali melaporkan bahwa mereka tak menemukan Gama Dewa di Sumur Muara Tujuh, juga tidak ada di tempat lain. Pengawal itu hanya bertemu dengan seorang utusan dari kerajaan Dewa, yang ingin bertemu dengan Teuku Marali. Ia juga meminta agar Teuku Marali bersedia datang ke tempatnya.
Raja Teuku Marali tak keberatan memenuhi undangan itu. Bersama dengan permaisuri, Putri Nini, Tuanku Gampong, dan diikuti pula oleh Pangeran Saiman serta beberapa pengawal mereka menuju Sumur Muara Tujuh. Di tempat itu mereka bertemu dengan Tuanku Patih dari kerajaan Dewa. Mereka kemudian memperbincangkan masalah yang sedang dihadapi kerajaan Tampuh, sehubungan dengan lamaran Pangeran Saiman yang ditolak oleh Putri Nini.
Ketika mereka sedang asyik berbincang-bincang, tiba-tiba dari semak-semak muncul seorang pemuda yang gagah dan tampan. Ia mengenakan sebuah jubah yang putih bersih. Semua yang hadir menjadi terkejut dan terkesima. Karena pemuda itu tak lain adalah Gama Dewa yang telah berganti rupa setelah mencuci mukanya dengan air suci yang diambil dari sumur suci di dekat tempat itu.
Tuanku Patih terus memberi nasihat-nasihat keagamaan yang baik kepada mereka, terutama kepada Pangeran Saiman diperingatkan agar tidak berlaku sewenang-wenang.
Pangeran Saiman bukannya berterima kasih atau menyadari kesalahannya, ia malah mencabut rencong dan menikam dada Tuanku Patih. Namun berkat kesaktian Tuanku Patih badan Pangeran Saiman dibuatnya kaku, tidak dapat bergerak.
Namun Tuanku Patih menjadi iba, dan ia percaya bahwa Pangeran Saiman masih dapat diperbaiki perangainya, ia disembuhkan kembali. Diluar dugaan, Pangeran Saiman mengamuk. Ia menyerang siapa saja yang berada didekatnya, ia berhasil membunuh Teuku Marali dan permaisurinya.
Tapi, akhirnya Pangeran Saiman dapat diringkus oleh para pegawal kerajaan Tampuh. Ia segera diseret ke ruang sidang istana untuk diadili. Namun sebelum pengadilan dimulai, ia telah bunuh diri.
Beberapa lama kemudian, Putri Nini menikah dengan Gama Dewa. Mereka memerintah kerajaan Tampuh dengan adil dan bijaksana. Dan pusat kerajaan lalu dipindahkan ke tempat dimana Raja Teuku Marali dan permaisurinya gugur dibunuh oleh Pangeran Saiman.
Kerajaan baru itu kemudian diberi nama Cahlang, yang berasal dari kata cacah lalang, artinya ?memotong lalang?. Sebab ketika mereka hendak membangun istana, mereka harus membersihkan lebih dahulu rumput ilalang yang banyak tumbuh di tempat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar